Junior berdenyut-denyut. Bokep indo viral Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengah-engah, ia menikmati dengan mata terpejam.“Mbak Wien telepon..,” suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju. Tidak pasang wajah perangnya.“Kayak kemarinlah..,” ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya.Begitu kebetulankah ini? “Ini..?” kataku. Lalu asyik membuka tabloid. Namun, tiba-tiba keberanianku hilang. Junior berdenyut-denyut. Masih ada waktu bebas dua jam. Tapi masih terhalang kain celana. Dari iramanya bukan sedang berjalan. Aku tidak dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Bayar arisan. Aku harus memulai. Kemudian menyerahkan celana pantai.“Mbak Wien, pasien menunggu,” katanya.Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Atau jangan-jangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aku belum siap. Paling tidak aku dapat melihat leher yang basah keringat karena kepayahan memijat. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. Kini pindah ke paha sebelah kanan. Mulutnya persis di depan Junior hanya beberapa jari. Ia tidak melanjutkan kalimatnya.Aku tersenyum. Bodoh amat. Kadang-kadang ketimun. Dan kubuka celana pantai. Jam berapa aku berangkat. Juniorku tegang seperti mainan anak-anak yang dituip melembung. Tidak apalah hari ini tidak ketemu.
