“Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada Wien.Aku mengambil pakaianku. Ke bawah lagi: Hah habis kancingku habis. Bokep Viral Lalu ngomong apa? Ia menekan-nekan agak kuat. Ia malah melengos. “Oh ya. suara itu lagi, suara wanita setengah baya yang kali ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya. Saya bisa masuk angin.” kata seorang wanita setengah baya di depanku pelan.Aku tersentak. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Kadang-kadang ketimun. Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.“Bang, Bang kiri Bang..!”
Semua penumpang menoleh ke arahku. Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yang datang, baru aku saja. Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aku kalah lawan kancing. Lalu pindah ke pangkal paha. Ia menyenggol kepala juniorku. Kami seperti tidak ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu memulai pergumulan.Wien menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengah-engah, ia menikmati dengan mata terpejam.“Mbak Wien telepon..,” suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju. Ke bawah lagi: Hah habis kancingku habis. Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Kantorku tidak lama lagi kelihatan di kelokan depan, kurang lebih 100 meter lagi.