“AAAAAAAAH” teriak Dian sekeras-kerasnya, jauh lebih keras daripada saat dipukuli. Bokep china Si Kumis yang daritadi hanya menonton pun mulai tergoda untuk ikut menyiksa Dian. Ko Aseng, demikian tetangga dan kerabat memanggil saya. Aku hanya bisa berteriak kaget melihat alat-alat yang dibawa di tas itu.“Minggir sebentar,” kata si Botak. Terlihat bekas merah di pantatnya yang putih mulus itu. Nampaknya semuanay ini sudah mereka rencanakan.“Akhirnya kita dapet amoy sombong ini! Si Kumis lalu keluar ke tokoku, lalu kembali dengan beberapa botol minuman bersoda, lengkap dengan t,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Kita emang gak salah pilih!” ujar si Hitam. Pantatnya yang kenyal itu bergetar, seiring dengan bunyi teriakan yang memilukan dari mulutnya. Apa saja Bos, yang penting jangan rusak toko saya. Cambukan demi cambukan menghajar pantat Dian, meninggalkan garis-garis merah. Si Kumis lalu keluar ke tokoku, lalu kembali dengan beberapa botol minuman bersoda, lengkap dengan t,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Ia mengambil sebilah rotan tipis dari tas lalu mulai memukuli pantat Dian. Lalu si Kumis yang gantian menampar pantat Dian yang sebelah kanan. Ko Aseng, demikian tetangga dan kerabat memanggil saya. Tapi karena kita disini cuma buat kasih pelajaran sama lo, maka gue akan ikutin kemauan lo! Anak saya yang pertama bernama Dian, berusia 17 tahun, sedangkan adiknya, Felia, berusia 11 tahun.Wilayah tempat saya tinggal dan berjualan dikuasai oleh sekelompok preman.
