Aku tak berani menatap wajahnya. Ia malah membolak-balikan halaman majalah. Bokep asia tapi jangan penuh-penuh yah !”,
“Ok !”, lalu aku pergi ke ruang sebelah. Bahkan entah berapa kali ketika kak Dewi tidak ada dirumah, aku mempergunakan benda-benda pribadi kak Dewi menjadi objek fantasiku. Rasa nikmat itu perlahan kembali mengalir. Rasanya Tedy gampang terangsang deh !”, kubuka mataku, keterkejutan nampak diwajah kak Dewi. aku sungguh panik. Aku mengambil remote TV. Tedy gak akan membocorkannya ke siapa-siapa kok !”,
“Tedy tahu semuanya ?”, kata kak Dewi tiba-tiba. tapi matanya itu ! Setelah memastikan kak Dewi pergi, aku kemudian mulai mengamati atap dan jarak antar ruangan. Ah…….! Yang pasti aku turut larut dalam situasi antara kak Dewi dan kak Sinta. Ahhh…Ketika kembali aku mengintip ke dalam kamar, kulihat Kak Dewi mengarahkan selangkangannya pada ujung bantal itu, hingga posisinya benar-benar seolah menunggangi tumpukan bantal itu. Tonjolan dibalik kain sarung yang kukenakan makin mengeras. Sehingga pikiran kotorku kemudian mengacu kepadanya. Aku terus menggesek dan menggesek. Semakin kak Dewi menggelinjang, nafasku semakin memburu. Darahku berdesir saat jemari lembut kak Dewi mengusap punggung tanganku. Kepala kak Sinta mendongak-dongak, aku yakin ia tengah merasakan gelenyar-gelenyar nikmat dilehernya. Rasa nikmat itu perlahan kembali mengalir. Tapi biarlah, kak Dewi toh sudah dewasa, ia pasti tahu apa yang dilakukannya.
>