Kali ini dengan telapak tangan. Dari atas: Turun. Bokep Viral suara itu lagi, suara wanita setengah baya yang kali ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya. Paling tidak aku dapat melihat leher yang basah keringat karena kepayahan memijat. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.“Itu kali Mbak,” kataku datar dan tanpa tekanan.Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Ke bawah lagi: Tidak. Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Sebentar lagi Mbak Mona yang punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang.” Aku langsung beres-beres dan pulang.,,,,,,,,,,,,,, “Masih sepi ini..!” kataku makin berani.Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan, sentuhan kulitnya. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu,” kata Wien.Setelah beberapa lama menyodoknya, “Terus dong Yang. Aku kira aku sudah terlambat untuk bisa satu angkot dengannya. Makin lama makin jelas. Sudahlah. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Wien datang. Aku tiduran sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu. Ah segar. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Tapi belum tersentuh kepala juniorku. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir.
