Baru saja aku memasang ikatpinggang, Wien menghampiriku sambil berkata,Telepon aku ya..!Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yangdisobek sekenanya. Bokep Indo Si Junior sudahmengeras. Masih terasa tangannya dipunggung, dada, perut, paha. Aku masihmematung. Ia hanyamenampakkan diri separuh badan.Mbak Wien.., aku mau makan dulu. Masak tidak ada yang bisadibicarakan. Junior berdenyutdenyut. Akumeringis merasai sentuhan kulit jarinya. Mobil melaju. ujar suara wanita muda yang kemarinmenuntunku menuju ruang pijat.Ya.Lalu aku menuju ruang yang kemarin. Baunya memang agak lain,tetapi mampu membuat seorang bujang menerawanghingga jauh ke alam yang belum pernah ia rasakan.Dik.., jangan dibuka lebar. Kring..! Hidungnya tidak mancungtetapi juga tidak pesek. Lama sekali iamemijati pangkal pahaku. Ia kerja di sana? Kali ini lebihbertenaga dan aku memang benarbenar pegal,sehingga terbuai pijitannya.Telentang..! Hariitu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belumada yang datang, baru aku saja. Aku duduk di tepi dipan. Aku masih di atas angkot.Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku.Masih menutupi diri dengan tabloid. Ia tidak membalas tapi lebih ramah.Tidak pasang wajah perangnya.Kayak kemarinlah.., ujarnya sambil mengangkat tabloidmenutupi wajahnya.Begitu kebetulankah ini? Kesempatan tidak akan datangdua kali. Aku tiduran sambil baca majalahyang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil itu.Sekenanya saja kubuka halaman majalah.Tunggu ya..! Akuterpejam menahan air mani yang sudah di ujung.Bergantian Wien kini telentang.Pijit saya Mas..!
